Oleh: R. Ahmad Nur Kholis, M.Pd
Secara tidak sengaja tadi malam, (30/03/2019) sehabis maghrib saya melihat debat calon presiden putaran keempat. Saya nonton televisi ini sungguh di luar rencana saya, karena saya awalnya akan mengikuti pengajian rutin di masjid Jami’ Baiturrahman Kepanjen. Karena kiai yang mengisi pengajian tidak hadir, maka pengajian menjadi kosong. Dan pulanglah saya kembali ke rumah.
Melihat debat calon presiden tadi malam, ada yang menarik hati saya dari ungkapan kandidat nomor 1, yakni pak Joko Widodo yang mengatakan pada intinya bahwa: “menurut laporan intelejen, diprediksi bahwa sampai dengan 20 tahun lagi tidak akan terjadi perang.” Pernyataan ini lalu menjadi bahan bagi kandidat nomor 2 yakni pak Prabowo untuk ‘menyerang’. Pak Prabowo lalu mengungkapkan pengalamannya ketika memulai karir sebagai tentara pada tahun 1974. Ia mengatakan bahwa menurut para jenderalnya, diramalkan bahwa sampai 20 tahun lagi tidak terjadi perang. Dan kenyataannya setahun kemudian yakni pada 1975, Indonesia perang di Timor Timur. Saya ingat peristiwa ‘timor timur’ itu pernah saya dari buku sejarah. Yakni antara pro integrasi dan fretelin yang pro kemerdekaan.