Di dalam suatu pendapat mengenai rahasia roh manusia, dikatakan bawa setiap jiwa pada awalnya dikumpulkan Tuhan dalam suatu tempat. Kemudian satu persatu roh itu dilahirkan ke dalam dunia melalui rahim seorang wanita. Kelahiran roh ke dalam dunia materi dalam pandangan Islam diperkenankan setelah ia dimintai komitmen oleh Tuhan mengenai: “apakah kamu telah bersaksi bahwa Aku adalah Tuhanmu?”. Mereka menjawab: “iya, saya bersaksi.” Maka dilahirkanlah roh itu.
Bagaimana kondisi roh kita dengan roh yang lain di sana, kabarnya juga menentukan kondisi kita di dunia nantinya. Jika saja roh kita bertemu dengan roh lain di sana, berarti di dunia kita juga akan bertemu. Demikian pula jika tidak.
Jika saja roh kita di sana baik dengan satu roh yang lain, maka di dunia nantinya nasib kita juga akan berbaik dengannya. Demikianlah jika roh kita bermusuhan, maka nantinya di dunia kita juga akan bermusuhan.
Teori ini kita sebut sebagai teori Predestinasi sebagaimana dibahas Al-Ghazali di dalam Ihya’ Ulumiddin. Teori Predestinasi ini adalah salah satu teori yang digunakan Islam tentang roh manusia.
Teori yang lain adalah seperti re-inkarnasi yang digunakan di dalam agama Hindu di mana teori ini berpendapat bahwa roh manusia dilahirkan kembali ke dunia setelah kematiannya untuk menerima nikmat atas perilaku baik kehidupan sebelumnya jika ia baik. Dan jika ia berbuat jahat dalam kehidupan sebelumnya, maka ia akan menjalani karma pada kehidupan sebelumnya.
Dalam kaitannya dengan Predestinasi ini, lalu bagaimana dengan cinta dan perjodohan? Apakah dengan sendirinya ketika timbul rasa cinta kepada seseorang di alam materi (dunia) ini dengan demikian berarti roh kita juga saling mencintai di masa sebelumnya sebelum kita lahir ke alam materi di dunia ini?
Inilah mungkin rahasianya.
أرواح جنود مجندة، ما تعارف منها ائتلف، وما تنافر منها اختلف
“Jiwa itu sebagaimana tentara yang satu komando, jika ia saling mengenal, maka ia saling mencinta satu sama lain. Dan jika ia saling menjau maka ia akan selalu bertengkar satu sama lain.”
Wallahu a’lam
Kepanjen – Malang, 31 Oktober 2020
No comments:
Post a Comment