Tuesday, May 7, 2019

Penalaran Deduktif & Induktif

Oleh: R. Ahmad Nur Kholis, M.Pd

Perlu dsadari bahwa peradaban Yunani baik pada masa thales maupun socrates telah memberikan sumbangan bagi ilmu. Salah satunya adalah mengenai penalaran.
Berbicara ttng penalaran maka kita tidak bisa tidak juga harus berbicara ttng Aristoteles sebagai peletak dasar2 penalaran deduktif. Penalaranbdeduktif yg dimaksud adalah logika formal yang kita sebut dengan silogisme.
Silogisme merupakan seperangkat pernyataan yg berfungsi sebagai penuntun cara berfikir (menggunakan bahasa) yg dimulai dari sebuah pernyataan umum nenuju kesimpulan yg ditarik dengan perantara pernyataan yg lain yg berhubungan.

Pernyataan umum tersebut kita sebut dengan premis mayor. Dan pernyataan lain yng mendukung tsb kita sebut dengan premis minor. Sedangkan kesimpulan yg didapatkan kita sebut dg konklusi. Sebagai contoh:
:: semua mahasiswa perguruan tinggi x adalah perempuan (premis mayor)
:: santi adalah mahasiswa perguruan tinggi x (premis minor)
:: sehingga santi adalah perempuan (konklusi)
Ini adalah contoh silogisme sederhana. Dalam praktiknya macam silogisne banyak ragamnya. Dari yg sederhana sampai yg rumit.
Metode silogisme ini sangat berharga dalam sumbangannya bagi ilmu yg mengandalkan rasio.
Nanun apakah semua hal bisa dipecahkan dengan silogisme ini?
Tentu saja tidak. Beberapa permasalahan juga ada yg harus dipecahkan dengan menggunakan panca indera atau pengalaman empiris. Pelukisan kisah fiktif mengenai perdebatan mengenai pertanyaan: "berapa jumlah gigi kuda?" telah berlarut2 tak bisa dipecahkan oleh para pendeta katolik Roma. Masalahnya sederhana: "bahwa setelah para pendeta tsb membuka2 dan menelaah al-kitab, mereka tak menemukan satu ayat pun untuk digunakan sebagai premis mayor dalam menalar berapa jumlah gigi kuda?.
Padahal solusinya mudah. Tinggal buka saja mulut kuda. Dan hitung giginya. 
Kalau masih keaulitan sbelih dulu kudanya. Lalu hitung giginya. Dan setelah itu dimasak kuda itu untuk dimakan bersama....
Proses membuka mulut kuda dan menghitung giginya ini dapat kita sebut dengan penalaran induktif. Penalaran ini mengutamakan pengalaman empiris.
Salam.

No comments:

Post a Comment

APAKAH FILSAFAT ITU SESAT?