Oleh: R. Ahmad Nur Kholis, M.Pd
***
Dikisahkan bahwa ketika Adam dan Hawa sebagai sepasang insan yang pertama jalan-jalan di Taman Eden melihat seekor hewan berkaki empat, perutnya besar dan jalannya lambat, Hawa bertanya kepada Adam: "Hewan apakah itu wahai Adam?". Kata Hawa.
"Sapi!". Jawab Adam.
"Mengapa kau sebut sebagai sapi?". Kata Hawa lagi.
"Ya. Karena aku melihat dia sebagai sapi." Jawab adam lagi.
****
Ada dua macam pandangan filosofis yang keduanya digunakan dan disandingkan sebagai eistimologi ilmu. Kedua macam aliran tersebut adalah aliran empirisme dan rasionalisme. Hal mana kedua aliran filsafat ini memiliki pandangan yang berbeda mengenai dari mana sumber pengetahuan bagi manusia berasal.
Kaum empirisme mengatakan bahwa sumber pengetahuan manusia adalah pengalaman. Bagi mereka, dunia empiris memberikan manusia pengetahuan. Sedang akal manusia hanyalah merespon apa yang ditangkap oleh indera. Ketika misalnya kita melihat perempuan yang cantik. Maka kita katakan cantik karena memang ia cantik. Kecantikan itu ada pada si perempuan.
Di masa Yunani, tokoh seperti Aristoteles adalah pelopor pandangan ini.
Adapun pandangan rasionalisme, memandang bahwa 'hakikat' itu ada di dalam dunia ide. Yakni dalam pikiran manusia. Bagi pandangan rasionalisme ini. Akal manusia sudah menyimpan perbendaharan segala sesuatu yang ada di alam ini. Hanya saja ia tidak akan muncul tanpa rangsangan pengalaman indera.
Ketika kita menggambar sebuah lingkaran, bahkan dengan menggunakan alat berupa jangka sekalipun, apa yang tergambar itu bukanlah lingkaran yang hakiki. Karena jika kita mencermatinya, nyatanya ia tak sepenuhnya lingkaran. Seperti jika kita memperbesar gambar tersebut sekian ratus kali, maka akan terlihat bahwa pada dasarnya ia tidak benar-benar lingkaran. Melainkan ia kumpulan titik yang saling berhubungan dan tidak rata.
Jadi sebenarnya lingkaran yang kita gambar itu hanyalah gambaran kita yang paling mendekati apa yang ada di dalam ide kita. Bukanlah lingkaran yang sebenarnya. Karena hakikat lingkaran ada pada dunia ide atau pikiran kita. Dan kita hanya melukiskan apa yang paling mewakili ide tersebut.
Jadi apel ada karena kita yang betpikir bahwa itu apel. Bukan karena itu apel.
Lalu di manakah apel jika manusia tidak pernah memikirkannya? Dia akan ada dalam pikiran Tuhan. Tapi bagaimanakah kita tahu pikiran Tuhan?
****
(Hening....)
Pandangan rasionalisme idealisme ini di masa Yunani dipelopori oleh Plato. Seorang guru Aristoteles.
Kedua pendapat ini, baik empirisme maupun rasionalisme saling berdebat satu sama lain dalam kurun waktu yang agak lama.
Malang, 12 Juni 2019
No comments:
Post a Comment