Wednesday, September 25, 2019

ILMU SOSIAL YANG BELUM DEWASA

Oleh: R. Ahmad Nur Kholis, M.Pd


Kenyataan dan pernyataan bahwa perkembangan ilmu sosial jauh lebih tertinggal dari pada ilmu alam adalah benar adanya. Bahkan di antara para ilmuwan sosial ada yang secara lebih jauh mengatakan bahwa ilmu sosial tidaklah akan sampai pada tingkat disiplin ilmu saintifik yang sesungguhnya. Hal ini meskipun terkesan terlalu berlebihan namun jika melihat kondisinya yang sekarang memang sepertinya masih jauh untuk mencapai tingkatan ilmu teoritis yang sesungguhnya sebagaimana yang telah dicapai ilmu alam.

Ilmu alamiah pada tingkatannya yang sekarang sudah sampai pada tahapan perkembangan teoritis. Dalam kondisi yang demikian, ilmu alam sudah dapat difungsikan untuk meramalkan dan mengendalikan gejala alam. Tentunya selain fungsi-fungsi bawahan lainnya.
Ilmu alam dalam proses perumusan teori juga sudah sampai pada tahap pengerucutan dan bahkan pengkristalan teori yang berujung pada perumusan hukum alam yang bersifat tetap. Hal ini dikarenakan teori-teori yang dirumuskan para teoritisinya bersifat koheren satu sama lain. Maka kita dapati bahwa hukum-hukum yang dirumuskan merupakan hasil kerja sama yang bersifat langsung dan atau tidak langsung antar para ilmuwan dalam ilmuwan ilmu alam. Hal itulah yang terjadi seperti pada teori relativitas Enstein, hukum gravitasi Newton, dan teori quantum. Semua dirumuskan atas data pada yang dikumpulkan dan teori lain yang dirumuskan tokoh-tokoh sebelumnya.
Adapun teori sosial, masih jauh dari hal tersebut. Memang diakui bahwa telah banyak teori-teori yang diajukan oleh para tokoh teoritisi sosial yang pernah ada, seperti Marxisme, Sosialisme dan Feminisme. Namun kesemua teori tidak saling mendukung (koheren) satu sama lainnya. Kesemuanya seakan-akan merupakan teori yang berdiri sendiri dan terpisah satu sama lain. Bahkan terlihat saling menantang. Kemunculan teori yang satu adalah merupakan kritik atas teori yang lain.
Pada awalnya, para ilmuan mencoba membawa teori dan paradigma positivisme yang berlaku dalam ilmu alam ke dalam ilmu sosial. Meskipun kita melihat bahwa positivisme terus dicoba untuk disempurnakan dengan dukungan teknologi komputasi statistik sekalipun. Ini merupakan perkembangan klasik dari sosiologi. Namun hal ini kemudian mendapatkan kritik dari pada teoritisi sosila seperti Karl Marx, dan Max Weber. Penentangan ini adalah wajar. Namun persoalannya adalah bahwa teori yang dibawa untuk digunakan mengkritik positivisme dalam ilmu sosial belumlah sesuatu yang sempurna untuk menggantikannya.
Pernyataan Auguste Comte bahwa sosiologi harus menjadi ilmu fisika sosial ditolak oleh tokoh ilmuwan sosial semacam Karl Marx dengan melakukan kritik ideologis. Namun teori sosialisme yang ia bawa juga merupakan teori yang belum matang sehingga mewujud seakan sebagai ideologi pemberontakan kaum prolerar. Teorinya ini kemudian dikritik oleh teori sosial kritis.
Ilmu sosial juga dalam pada itu sebagai akibat belum dewasanya tidaklah bisa berfungsi dan difungsikan sebagaimana ilmu alam untuk meramalkan atau mengendalikan fenomena/gejala sosial. Adalah pasti bahwa masa lalu dan masa kini dapat membentuk secara pasti masa depan tanpa ada perubahan/perbedaan/kesalahan sama sekali sebagaimana didapatkan dalam variabel-varibel ilmu alam. Tidak ada sekenario sosial yang ditentukan oleh hukum sosial sebagaimana fenomena/gejala alam yang mengikuti hukum alam. Hal ini menyatakan bahwa hukum sosial adalah belum ditemukan (untuk tidak menyatakan tidak ada.)
Dalam analisis ilmu alam, sering kali kita jumpai bahwa ramalan ilmiah seperti ramalan cuaca dapat dianalisa secara regresi. Namun bagaimana kita dapat menganalisis untuk meramalkan kenakalan remaja?. Variabel-variabel apa saja yang harus kita ambil?. Kita mungkin bisa melakukannya, nanun sejauh manakah variabel itu dapat sebagai variabel yang berhubungan secara korelatif atau bahkan taerdapat hubungan kausal?. Semua tidak dapat dipastikan secara meyakinkan. Di sini kita mendapatkan 2 (dua) masalah, yakni: (1) Sejauh manakah variabel-variabel itu benar-benar bisa dipastikan memiliki hubungan (korelasi) atau bahkan saling mempengaruhi (kausal)?. (2) Kita  bahan variabel yang sangat banyak dan begitu kompleks. Dalan mana di antara variabel-variabel yang begitu banyak dan kompleks itu sering terjadi saling mengggu secara kacamata ilmiah satu sama lain.
Kiranya kritik terhadap positivisme dalam ilmu sosial adalah niscaya adanya. Namun menemukan hukum sosial dengan merumuskan teori sosiala sendiri yabg sempurna hampir merupakan hal yang mustahil. Konsekuensinya, kita harus mengakui bahwa ilmu sosial memanf belum merupakan disiplin ilmu yang dewasa.


Keoanjen, Malang, 25 September 2019

No comments:

Post a Comment

APAKAH FILSAFAT ITU SESAT?