Oleh: R. Ahmad Nur Kholis, M.Pd
Sebelumnya telah dibahas mengenai matematika dan logika deduksi. Juga telah dibahas mengenai matematika sebagai sarana Ilmu. Kedua artikel tersebut secara tersirat menyatakan kepada kita bahwa dengan matematika dapat digunakan sebagai sarana penalaran akan gejala alam dengan jangkauan yang cukup jauh.
***
Kita mengetahui bahwa ilmu bukan saja sebuah kumpulan fakta-fakta mengenai gejala alam. Melainkan juga ia bertugas untuk mbuktikan asumsi dasar ilmu bahwa tiada satupun dalam gejala alam yang dapat ditangakap indera manusia yang berlangsung tanpa sebab akibat. Dalam hal ini maka ilmu bertugas untuk memcaei dan membuktikan sebab akibat itu.
Tuhan menciptakan alam dengan hukum. Hukum itu adalah sebab akibat. Dan tugas seorang ilmuwan adalah menemukan hukum sebab akibat tersebut. Demikianlah pemahaman filosofisnya.
Dalam kaitannya dengan penemuan sebab akibat ini maka sangat penting untuk merumuskan teori. Teori merupakan suatu kesimpulan mengenai sebab-akibat suautu gejala dalam alam yang dilakukan dengan pengamatan seksama dan dengan penalaran yang sama.
Sebuah teori dapat disusun dengan syarat: (1) bertumpu pada pengamatan yang sah; (2) jika pengamatan berulang dilakukan terbebas dari "konflik penalaran." Dengan bertumpu kepada pengamatan yang sah dapat dikatakan bahwa ilmu bertumpu pada fakta. Sebagaimana Enstein mengatakan bahwa Ilmu bersngkat dari fakta menuju pada fakta. Dengan keharusan terhindar dari konflik penalaran, dapat dikatakan pula bahwa ilmu alam haruslah konsisten.
Dalam rangka pengujian konsistensi ini maka banyak teori-teori ilmu yang dibahasakan ke dalam bahasa matematika. Hal ini karena melalui matematika mekanisme penalaran sebab akibat dapat dilakukan dalam jangkauan yang sangat jauh dan tidak diragukan lagi kebenarannya. Ketika matematika mengatakan: (4 x 4) = (8 x 2) = (15 + 1) = (14 +2) = (13 + 3).... dan seterusnya sampai dengan: = (1 +15) adalah kebenaran yang tiada satupun ilmuwan yang bisa menyangkal. Namun permasalahannya adalah bahwa penggunaan bahasa matematika ini menyebabkan ilmu menjadi kurang populer terutama bagi negara-negara yang pengembangan ilmu dan teknologinya masih mengandalkan impor.
Malang, 4 September 2019
No comments:
Post a Comment