Oleh: R. Ahmad Nur Kholis, M.Pd
Beberapa waktu terakhir ini sempat diramaikan oleh perbincangan mengenai pernyataan Rocky Gerung yang mengatakan bahwasanya kitab suci itu adalah fiksi. Pernyataan ini menanggapi tentang pidato internal Prabowo Subianto yang menyatakan bahwa Indonesia akan bubar tahun 2030, yang disinyalir bahwa pernyataan ini dipengaruhi oleh sebuah buku fiksi. Ramainya perbincangan ini tentu saja juga disebabkan oleh media sosial juga.
Saya memiliki sebuah tanggapan sendiri mengenai pernyataan Rocky Gerung ini. Di mana tanggapan saya ini bisa dibagi ke dalam 2 (dua) bagian. Pembagian ini lebih baik (setidaknya dalam pandangan penulis) agar duduk permasalahannya menjadi jelas.
Pertama: harus saya katakan bahwa secara formal (prosedural) cara yang ditempuh oleh Rocky Gerung ini, yakni menjelaskan mengenai definisi terlebih dahulu adalah benar. Bahwasanya sebelum kita melanjutkan perbincangan mengenai suatu tema (term) maka kita harus mengetahui makna yabg dikandung tema tersebut.
Apa yang dilakukan Rocky Gerung ini dapat dikategorikan sebagai cara-cara filsafat analitik. Hal mana pernah dilakukan oleh G. E. Moore. Demikian pula tampak dalam tafsir Jalalain.
Kedua: Secara materi saya belum bisa menentukan apapun apakah pernyataan itu benar atau salah. Karena saya belum memiliki (dan menelaah) referensi yang cukup tentang definisi fiksi itu. Sehingga pernyataan mengenai "kitab suci adalah fiksi" itu tidak bisa saya benarkan atau salahkan.
Ketiga: bahwasanya kata fiksi itu dalam kebiasaan umumnya dipahami sebagai cerita khayalan yang tidak nyata. Dengan demikian secara logis dapat dikatakan bahwa Rocky Gerung mengatakan bahwa "Kitab Suci adalah fiksi." Proposisi ini adalah umum ('aam)/(General statment) sehingga masuk kedalamnya juga semua kitab agama-agama yang ada. Kata 'Kitab' sendiri itu secara literal bermakna lembaran yang dijilid.
Konsekuensi logisnya maka Rocky Gerung juga mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah fiksi (khayalan). Silogismenya begini:
*) kitab suci adalah fiksi (khayal) (premis mayor)
*) Al-Qur'an adalah kitab suci (premis minor)
*) Al-Qur'an adalah fiksi (konklusi)
Demikianlah. Namun herannya orang2 yang dulu pernah mendemo pak Ahok yang dianggap menghina Al-Quran karena mengatakan "Jangan dibohongi dengan Al-Maidah 51". (Saya memiliki pandangan tersendiri mengenai hal ini. Sebagaimana telah dimuat di NU Online). Sekarang malah terdiam dan seakan membela Rocky Gerung. Orang yang protes pak Rocky malah dianggap membela Islam dadakan.
Maka timbullah pertanyaan: "Apakah dan siapakah yang sebenarnya dibela mereka?". "Benarkah mereka membela Islam/Ulama?". Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa saat ini salah ulama yg waktu aksi 212 dan 411 dibela kini ada diantara mereka yang menghina karena menerima maaf Ibu Sukmawati. Benarkah mereka membela Islam dan Ulamanya?. Wallahu a'lam.
Malang, 20 April 2018
No comments:
Post a Comment