Oleh: R. Ahmad Nur Kholis, M.Pd
Ilmu dibangun di atas dasar asumsi bahwa tiada suatupun terjadi di dunia ini tanpa adanya sebab. Dan sebab utama dari segalanya adalah Tuhan.
Tuhan menciptakan alam dengan segala keteraturannya. Keteraturan alam ini didasarkan pada hukum alam yang Tuhan ciptakan sebagai potensi. Kita menyebut-nya dengan istilah lain sebagai sunna-tullah.
Bahwa matahari memiliki potensi mene-rangi dan ketidak tampakannya membuat kondisi menjadi gelap itu adalah hukum alam. Demikian pula bahwa api panas dan berpotensi membakar juga adalah hukum alam. Tuhanlah yang menciptakannya demikian.
Tugas manusia dengan ilmunya (ilmuwan/ ulama) adalah menemukan keteraturan-keteraturan hukum alam tersebut. Maka dilakukanlah riset / penelitian.
Namun apakah segala di alam ini teratur dan mengikuti sunnatullah tersebut.
Jawabannya adalah tidak. Karena bahkan dalam matematika sendiri setelah Pythagoras (572-480 SM) mengemukakan bahwa: "numbers rules the universe" (bilangan mengatur semesta), teorema pythagoras yang ia kemukakan sendiri itulah yang menghancurkan keteraturan matematis yang selama ini merupakan pengetahuan yang paling teratur bisa diandalkan.
***
Hipasus, seorang pengikut pythagoras ketika dalam berada di atas sebuah kapal dalam pelayarannya mencoba menghitung diagonal bujursangkar yang masing sisinya 1 cm dengan: 1² + 1² = 1 + 1 = 2. Dan diagonal bujur sangkar sama dengan: √2 (akar 2).
Tapi berapakah √2 itu?*
Wallahu a'lam bisshawab.
***
Memang tidak semua dialam ini teratur menurut sunnatullah. Bahwa api bisa membakar, ya memang umumnya begitu. Tapi bagaimana jika kita mendengar kisah nabi Ibrahim yang selamat setelah dibakar oleh Namrudz dan pasukannya?
***
Ternyata Tuhan Maha Ada dan Maha Kuasa.
Matematika-pun harus tunduk kepada Tuhan.
****
Hipasus dulempar dari kapal karena tak bisa memecahkan hal ini. Ia juga bersumpah untuk merahasiakan kegagalannya ini.
Salam harmoni...
Malang 10 Juni 2019
No comments:
Post a Comment